Friday, February 20, 2015

Review: On Writing by Stephen King

Posted by Unknown at 7:49 PM 0 comments
Halo!
Apa kabar? Semoga menyenangkan. Kuharap.

Hal yang mengejutkan adalah ketika aku menemukan salah satu buku tulisan Stephen King berada pada jejeran  rak novel di perpustakaan sekolah. Karena sepanjang aku membaca buku di perpustakaan tidak pernah aku menemukan buku yang benar-benar sesuai dengan yang kuharapkan. Hampir semua buku adalah keluaran lama yang kevalidannya cukup diragukan serta novel-novel yang ada merupakan karangan  sastrawan lama yang bahasanya tidak cocok untukku.

Okay. Mulai.

Semua penggemarnya tahu bahwa Steve ini adalah seorang penulis buku fiksi beraliran horor dan thriller. Namun, buku yang ditulisnya kali ini merupakan buku berjenis non-fiksi yang bergenre autobiografi. On Writing dirilis pada tahun 2000. Steve memuat masa kecil dan perjalanannya dalam menjadi penulis pada buku ini. Selain itu, juga dimuat berbagai tuntunan dalam menulis cerita.

Aku akan membocorkan sedikit bagian favoritku pada buku ini.

Pengalaman menarik dari Steve adalah ketika masih kecil. Ia pernah mengalami sakitnya ditusuk tepat pada gendang telinga miliknya karena terkena infeksi. Kurasa itu adalah kesialan yang akan diingatnya sepanjang hidup karena itu adalah jeritan terhebatnya. Ia pun harus tidak sekolah karena sakit. Namun, ketika tubuhnya pulih ia harus merasakan racun dari daun ivy yang digunakannya untuk mengelap pantatnya setelah berak di dekat danau. Padahal ini adalah saat dimana ia baru saja menikmati waktu bermain dengan kakaknya setelah ia baru pulih. Di sinilah saat yang tepat jika kau ingin tertawa.

Oh, ya. Aku cukup heran dengan Steve yang mempunyai kakak seperti Dave. Di usia sepuluh tahun ia menciptakan berbagai masalah karena otaknya. Dave adalah jenis anak yang tidak puas hanya dengan menulis teori pada kertas, ia justru suka untuk langsung mengaplikasikannya pada kehidupan nyata. Ketika Pekan Sains, tahun itu ia membuat proyek yang dinamakan Dave's Super-Duper Electromagnet. Judulnya membuat perutku sakit, sungguh. Di sini tugas Dave membuatnya, tugas Steve yang mengujinya. Karena suatu hal (serius, kau harus membaca bagian ini) alat itu meledakkan setiap lampu dan peralatan listrik di apartemennya dan gedung sebelah hingga menyebabkan polisi mendatangi lokasi itu.

Dan bagian yang selalu kusukai adalah ketika Steve menggunakan kata 'Super Duper Pow!' di sela-sela ceritanya.

Aku tidak mungkin akan menceritakan autobiografi Steve karena kau perlu membacanya sendiri. Ya, sangat perlu. Sedangkan bagian dimana Steve menyarankan berbagai cara dalam menulis cerita akan kubagikan sedikit. Di sini Steve menceritakannya dengan gaya yang ringan juga sering dikaitkan dengan pengalaman yang pernah dialaminya. Ia pun juga menunjukkan berbagai contoh kutipan buku karangan penulis pada eranya yang direkomendasikan pada pembaca untuk menjadikan mereka sebagai pelajaran. Sepeti Strunk, White, Tom Swift, H.P Lovecraft, dan masih banyak lagi.

Yap, itu adalah ulasan yang bisa kusampaikan. Maaf, sedikit. Justru aku menceritakan bagian yang kusenangi. Mungkin bahasaku sedikit terlihat seperti Steve karena beginilah rasanya menjadi pemula. Sering mengikuti gaya bahasa buku yang baru saja dibacanya.

Sekali lagi, buku ini harus dibaca oleh setiap penggemar Stephen King.

That's all. See ya!

Skeptis, Pikiran yang Menjatuhkan

Posted by Unknown at 6:23 PM 0 comments
Hey!
Apa kabar? Yang di sini kurang baik karena baru aja gagal dapetin sesuatu. Lol.

Okay. Lanjut.

Terkadang atau bahkan seringkali kita nemuin orang yang berpikiran skeptis. Sejujurnya benci banget dengan orang semacam ini. Berkali-kali suka ngumpat yang jelek-jelek kalau udah muncul orang kayak ginian.Gini contohnya "Gileee. Skeptis parah. Ini mah dibawahnya orang bego!" Setiap kali mikir gini rasanya jadi orang jahat karena ngatain anak orang separah itu. Tapi, please. Skeptis itu levelnya lebih parah dari bego. Sorry, bahasanya kasar.

Jadi apa skeptis itu?
Singkatnya, skeptis itu sebuah pikiran ketika menilai sesuatu dengan meyakini pandangannya sendiri tanpa mau tahu dulu  hal tersebut. Bayangin aja. Udah gak mau tau, punya kepercayaan diri buat menilai, padahal jelas-jelas gak punya alasan logis yang mendukung pikirannya itu (read: prasangka buruk). Kalau lo dikelilingin orang semacam ini pasti rasanya pengen meledak. Apalagi yang dinilai sesuatu yang lo gemarin.

Kalau terkadang pada diri lo muncul sifat ini, mending buru-buru ilangin dari sekarang. Please, be open-minded. Dengan bersikap terbuka, keuntungannya besar banget.

Pertama, lo bisa nambah pengetahuan lo. Meskipun itu hal kecil, seperti main rubik, film, buku, komunitas unik, dan lain sebagainya. Ketika menilai sesuatu kan ngulik dulu hal itu, baru deh ngomong. Kemukain pendapat lo. Oh, ya. Kalau pendapat itu berupa ketidaktertarikan terhadap hal yang dinilai a.k.a gara-gara masalah selera, ya udah jangan diperdebatkan. Memperdebatkan selera itu sama aja ngomong sama batu. Mau jadi batu? Nggak kan.

Kedua, dapat menciptakan suasana yang harmonis. Bisa aja dengan lo cari-cari tahu, lo bahkan bisa nambah suatu hal itu dalam list kesukaan lo yang mana juga disukain temen lo. Kan enak gitu jadinya kalau akhirnya cara pandangnya sejalan.

Okay. Itu manfaat dari sifat terbuka menurutku. Isi diri lo dengan pikiran positif semacam ini. Jangan terburu-buru dalam menilai. Bersikap skeptis hanya membuat diri lo sendiri kelihatan konyol.

"Skepticism just makes yourself look like a fool"- Me

That's all. Have a nice day!

Source:
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100605034603AAeHWyJ
 

Retno's Here Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos