Monday, June 8, 2015

Review: Sensasi Berbeda Pada "Insidious: Chapter 3"

Posted by Unknown at 8:48 PM
"Insidious: Chapter 3" mungkin menjadi salah satu  film yang dinantikan oleh para penggemar film horor di berbagai belahan dunia yang baru dirilis pada 5 Juni 2015. Film ini merupakan prekuel yang berlatar belakang cerita sebelum kejadian dua film sebelumnya terjadi.

Poster "Insidious: Chapter 3". Sumber: en.wikipedia.org

Quinn Brenner, seorang wanita remaja yang berusaha melakukan kontak dengan arwah ibunya yang sudah meninggal. Namun, sosok yang Ia duga sebagai ibunya justru sesuatu yang jahat yang ingin meminta sesuatu darinya. “The Man Who Can’t Breathe”, begitulah panggilannya. Ia memakai masker untuk membantunya bernafas. Kehadirannya meninggalkan jejak kaki dengan cairan hitam kental. Berbeda dengan iblis lain seperti “Bride In Black” yang mengincar tubuh untuk membuatnya kembali hidup, Ia justru ingin membuat Quinn menyeberang ke dunianya untuk menemaninya. Cara yang digunakannya yakni dengan berusaha membunuh Quinn. Mulai dengan kecelakaan yang dialami Quinn hingga membuat kondisi tubuhnya semakin memburuk. Pada akhirnya, keluarga ini meminta bantuan pada seorang cenayang, Elise Reiner yang diperankan oleh Lin Shaye.

Dikisahkan pula awal mula bagaimana Elise dan sepasang pemburu hantu, Specs dan Tucker ini mulai bekerja sama.

Apakah film ini benar-benar mengobati rasa rindu saya akan Insidious?

Jawabannya, ya benar. Namun, tidak untuk membuat saya cukup puas. Mungkin dengan adanya James Wan yang tidak lagi mengambil bagian menjadi sutradara membuat film ini sedikit berbeda. Suasana yang ada berbeda dengan dua film sebelumnya, ditambah pula dengan sudut pengambilan gambar yang bisa dikategorikan cukup bagus, namun tidak secemerlang dahulu. Cerita yang dihadirkan pun dapat mudah ditebak dan tidak ada plot twist yang memukau. Sebagian besar durasi menampakkan iblis yang selalu mengincar Quinn, sehingga film ini lebih sering mengagetkan penonton daripada membuat cerita yang membuat penonton memutar otak untuk menebak yang akan terjadi.

Film ini terasa sedikit hambar karena menampilkan adegan yang itu-itu saja, untungnya pada sekitar durasi ke 60 menit Specs dan Tucker hadir memberikan bumbu humor yang sejuk.

Aspek menonjol yang membedakan film ini dan film sebelumnya adalah banyaknya urusan emosi yang terlibat di dalamnya. Contohnya saja adanya ketertarikan antara Quinn dan tetangganya, lalu Quinn yang berusaha melakukan dengan ibunya, dan juga Elise yang merindukan sosok Jake, suaminya yang meninggal bunuh diri.

Akting para pemain masih sangat memukau seperti biasanya. Meskipun terdapat beberapa kekurangan, secara keseluruhan, film ini patut mendapatkan apresiasi sehingga patut ditonton oleh para pecinta film horor.

0 comments:

Post a Comment

 

Retno's Here Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos